Putriku tercinta!
Aku seorang yang telah berusia hampir lima
puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah
mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
Aku
juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarlan
nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku,
dimana engkau belum pernah mendengarnya dari orang lain.
Kami telah menulis dan mengajak kepada
perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena
tumpul, dan mulut letih, dan kami tidak mengahasilkan apa-apa. Kemungkaran
tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah,
para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan
lehernya.
Kami belum menemukan cara untuk
memperbaiki, kami belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di
depanmu, putriku! Kuncinya berada di tanganmu.
Benar bahwa lelakilah yang memulai
langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki
itu tidak akan berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki
tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si
pencuri itu : silakan masuk … ketika ia telah mencuri, engkau berteriak :
maling …! Tolong … tolong… saya kemalingan.
Demi Allah … dalam khayalan seorang
pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.
Demi Allah … begitulah, jangan engkau
percaya apa yang dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali
akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.
Demi Allah … ia telah bohong! Senyuman
yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu
tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa yang terjadi?
Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!
Kalian berdua sesaat berada dalam
kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan
merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari
mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engakulah yang menanggung beban
kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu
engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan
mengampunimu selamanya.
Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau
palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat
perkataan atau tangan yang usil, kau
lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini
engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak
nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu
menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.
Cita-cita wanita tertinggi adalah
perkawinan. Wanita, bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan
prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang
baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.
Sesungguhnya krisis
perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi
disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak
membutuhkan isteri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak
mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga sadar? Mengapa
kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut
dan lebih mampu daripada kaum laki-laki
untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan
cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini
adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.
Maka hendaklah kalian mengajak mereka
agar bertakwa kepada Allah, bila mereka tidak mau bertaqwa, peringatkanlah
mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu
penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan kenyataan yang
ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang
cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut di sekitar
kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua
makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian
sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu,
siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan simpati?
Tahukah kalian, siapakah yang
memperhatikan, menghormati dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan
para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah
rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana
dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu? Apakah kelezatan itu sebanding dengan
penderitaan di atas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan
sementara?
Dan berilah nasehat-nasehat yang
serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan
cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut di dikasihani. Bila
kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita
baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang
salah.
Saya tidak minta kalian untuk mengubah
secara drastis mengembalikan wanita kini menjadi kepribadian muslimah yang
benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak
sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.
Perbaikan
tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat,
malainkan dengan kembali ke jalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati
menuju kejelekan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal,
orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak
akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun)
seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki
yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup
wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau
menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di jalan, atau seorang gadis
menjabat tangan kawan pria di sekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring,
belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita
dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik
wanita, pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan
Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa
mereka.
Mereka yang menggembor-gemborkan
emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua
sebab :
Pertama : karena itu semua
mereka lakukan untuk kepuasan pada diri mereka, memberikan
kenikmatan-kenikmatan melihat angota badan yang terbuka dan
kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak
berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang
mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, kemajuan, modernisasi,
kehidupan kampus, dan ungkapan-ungkapan yang lain yang kosong tanpa makna
bagaikan gendang.
Kedua : mereka bohong oleh
karena mereka bermakmum pada Eropa, menjadikan eropa bagaikan kiblat, dan
mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana,
dari Paris, London, Berlin dan New york. Sekalipun berupa dansa, porno,
pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan dan telanjang di pantai
(atau di kolam renang). Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yang
datangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, walapun berupa
kehormatan, kemuliaan,, kesucian dan petunjuk. Kata mereka, pergaulan bebas itu
dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan libido seksual,
untuk menjawab ini saya limpahkan pada mereka yang telah mencoba pergaulan
bebas di sekolah-sekolah, seperti Rusia yang tidak beragama, tidak pernah
mendengar para ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan
ini setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?
Saya tidak berbicara dengan para
pemuda, saya tidak ingin mereka mendengar, saya tahu, mungkin mereka menyanggah
dan mencemoohkan saya karena saya telah menghalangi mereka untuk memperoleh
kenikmatan dan kelezatan, akan tetapi saya berbicara kepada kalian,
putri-putriku, wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat
dan terpelihara ketahuilah bahwa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain
kecuali engkau.
Oleh
karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis, jangan dengarkan
ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan yang alasannya, hak asasi,
modernisme, emansipasi dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang yang
terkutuk ini tidak beristri dan tidak memiliki anak, mereka sama sekali tidak
peduli dengan kalian selain untuk pemuas
kelezatan sementara. Bila saya membela kalian, berarti saya membela
putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian bahagia seperti yang saya inginkan
untuk putri-putriku.
Sesungguhnya tidak ada yang mereka
inginkan salain memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan
bisa kembali, begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat diketemukan
kembali.
Bila anak putri jatuh, tak seorangpun
di antara mereka mau menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah
kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan kecantikan si gadis,
apabila telah berubah dan hilang, mereka pun lalu pergi menelantarkan,
persisnya seperti anjing meninggalkan bangkai yang tidak tersisa daging
sedikitpun.
Inilah
nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini jangan percaya.
Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu
perbaikan. Bila mau perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.
(wallahul
musta’an).
Disarikan dari buku :“Wahai Putriku”Ali Thanthawi
Penerjemah: Abdulloh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar