ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.
Bersyukur
kepada Allah SWT bagi orang yang beriman adalah keharusan, bukankah setiap saat
kita selalu mengkonsumsi dan menikmati fasilitas dan anugrah dari Allah SWT,
tanpa fasilitas dan anugrah dari Allah itu, dapatkah jantung kita berdetak ………?
Darah kita mengalir ……. Mata kita melihat, telinga kita mendengar ……..?
Betapa
besar anugrah dan nikmat Allah dari mulai yang makro sampai yang mikro, dari
yang terlihat maupun tak terlihat, andai
kita mencoba menghitung nikmat Allah, tentu tidak akan terhitung, karena nikmat
dan anugrah Allah itu tanpa batas.
Sebagaimana
firman Allah
QS.
An Nahl : 18
Artinya :
“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya.”
Oleh karena
itu kita patut bersyukur mensyucikan dan mengagungkan kemaha besaran dan kemaha
murahanya.
Ungkapan
tersebut, telah memposisikan kita sebagai makhluk yang DHA’IF, sekaligus
merupakan pengakuan dan kesadaran sebagai manusia yang harus mengabdi dan
beribadah kepada Allah baik dengan hati, lisan maupun perbuatan, dari sinilah
perasaan syukur itu tumbuh secara mendalam, yang selanjutnya merefleksi pada
tingkat kematangan ritual dan prilaku sosial.
Imam Nawawi menjelaskan dalam kitabnya yaitu:
Esensi
syukur adalah pengakuan atas kenikmatan yang diberikan oleh sang maha pemurah
disertai sikap mengagungkannya.
Hadirin
Jama’ah Jum’at yang dimulyakan oleh Allah
Mari kita
buktikan dan realisasikan ungkapan rasa syukur atas segala nikmat karunia Allah
yang telah dicurahkan kepada kita dengan seoptimal mungkin, kita gunakan umur,
harta, kesehatan, kemampuan, tenaga dan ilmu yang kita miliki untuk berbakti
kepada Allah, memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi diri sendiri,
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan
pembuktian syukur yang benar dan proforssional, Allah menjamin akan memberikan
tambahan anugrah dan kenikmatan yang lebih banyak, kehidupan yang lebih baik,
serta akan memperoleh kebahagiaan diakhirat dan terhindar dari siksa api
neraka.
Allah berfirman QS. Ibrahim
: 7
Artinya :
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih”.
Secara tegas ayat itu menyatakan tentang syukur dan
implikasinya, serta akibat buruk yang akan menimpa orang yang mengingkari
anugrah dan nikmat Allah SWT.
Firman
Allah QS. Ibrahim : 28-29
Artinya :
“Tidakkah kamu perhatikan
orang-orang yang telah menukarkan nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan
kaumnya kelembah kebinasaan? Yaitu neraka jahanam, mereka masuk kedalamnya dan
itulah seburuk-buruknya tempat kediaman”.
“Na’uzubillahimindhalikh”
Semoga
Allah senantiasa memberi penerangan hati kepada kita, untuk selalu mengingat
kenikmatan yang telah kita terima, lalu kita mensyukurinya.
Demikianlah , mudah-mudahan
bermanfaat dan dapat mengetuk hati kita untuk kembali kejalan Allah, mengorientasikan
seluruh fasilitas dan potensi hidup demi pengabdian dan penghambaan diri kepada
sang Kholik.
WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.
Agustus2012
Agustus2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar