Kamis, 23 Agustus 2012

KEPEMIMPINAN DALAM KONTEKS SISTEM NILAI BUDAYA



Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi perilaku sesorang atau kelompok yang tertuju pada upaya pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Dalam situasi itu terdapat dua orang atau lebih yang saling berinteraksi. Pihak yang dipengaruhi disebut pengikut, sedangkan yang mempengaruhi disebut pemimpin. Pola perilaku pemimpin dan pengikut tidak lepas dari pengaruh sistem nilai budayanya.
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal ni disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup. Sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para masyarakat tadi. (Koentjaraningrat, 1983 : 192)
Secara praktis dan singkat, kebudayaan dapat diartikan sebagai sistem nilai dan gagasan utama (vital). Sistem nilai dan gagasan utama itu dihayati benar-benar oleh para pendukung kebudayaan bersangkutan dalam kurun waktu tertentu, sehingga mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukung itu, dalam arti mengarahkan tingkah laku mereka di dalam masyarakatnya. Sistem nilai dan gagasan utama itu memberi pola untuk bertingkah laku kepada masyarakatnya, atau dengan kata lain, memberi seperangkat model untuk bertingkah laku.
Sistem nilai budaya adalah suatu rangkaian konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagai suatu warga masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga bagi hidupnya. Karena itu suatu sistem nilai budaya, menjadi bagian dari kebudayaan yang berperan sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia. Tetapi karena sistem nilai budaya itu hanya merupakan konsep-konsep abstrak, tanpa perumusan yang tegas, maka konsep-konsep itu biasanya hanya bisa dirasakan, seringkali tidak dapat dinyatakan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Hal ini justru karena sering hanya dapat dirasakan dan tidak dirumuskan dengan akan yang rasional, maka konsep-konsep itu seringkali amat mendarah daging dan sukar dirubah atau diganti dengan konsep-konsep lain. Kalau sistem nilai budaya itu menjadi pengarah bagi tindakan manusia, maka pedomannya yang nyata adalah norma-norma, hukum dan aturan ; yang biasanya memang bersifat tegas dan konkrit. Adapun norma-norma hukum dan aturan-aturan itu (selayaknya) bersumber pada sistem nilai budaya dan ia merupakan perincian dari konsep-konsep abstrak dalam sistem itu.
Kajian tentang kepemimpinan dalam konteks sistem nilai budaya, dengan kata lain meninjau dan memahami sistem nilai budaya yang dimiliki oleh para pemimpin dan pengikutnya. Pola perilaku kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh sistem nilai budayanya.
Secara universal, semua sistem nilai budaya yang ada didunia ini dapat dikategorikan dalam lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia, yaitu:
1.      Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia.
2.      Masalah mengenai hakekat dari karya manusia.
3.      Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu.
4.      Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
5.      Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (Koentjaraningrat, 1983 ; 28)
Semua kebudayaan di dunia ini mempunyai konsep sendiri tentang apa yang dimaksud hakekat hidup itu. Apa arti hidup ini, apa tujuannya, dan bagaimana menjalaninya. Biasanya setiap agama yang ada memberikan petunjuk kepada seseorang sehingga terbentuk persepsinya terhadap hakekat hidup itu. Ada yang menganggap hidup ini sebagai kesengsaraan yang tidak dapat dihindari, ada juga yang menganggap sebagai anugerah Tuhan.
Konsep tentang arti karya demikian pula banyaknya yang dikemukakan oleh berbagai kebudayaan. Ada yang menganggap kerja itu sebagai sesuatu yang memberikan arti bagi kehidupan; bekerja sebagai sarana untuk mendapatkan kedudukan dan kehormatan dari masyarakat; bekerja sebagai panggilan Tuhan dan sebagainya.
Begitu juga halnya dengan masalah hubungan manusia dengan alam. Ada yang memandang bahwa alam ini dapat memberikan rezeki apabila manusia mengolahnya; ada pula yang memandang bahwa manusia harus menjaga keseimbangan menurut hukum-hukumnya.
Berbagai pula tanggapan orang terhadap waktu (masa) lalu yang memberikan pedoman dalam hidupnya; ada yang menganggap bahwa masa kini yang terpenting; sedangkan ada yang menganggap bahwa orientasi ke masa depan adalah yang terbaik untuk hidup ini.
Tanggapan manusia terhadap sesamanya, bermacam-macam pula. Ada yang menganggap bahwa yang terbaik ialah mengikuti teladan orang lebih tua atau atasan. Ada pula yang menganggap bawah yang terbaik ialah merasa ada hidup kebersamaan dengan sesamanya; menganggap bahwa mengikuti petunjuk para leluhur adalah yang terbaik.
Timbul pertanyaan, nilai budaya apakah yang perlu dimiliki oleh manusia Indonesia (para pemimpin dan pengikutnya) agar bisa membangun dirinya dan bangsanya?
Koentjaraningrat, mengemukakan bahwa suatu nilai budaya yang perlu dimiliki oleh lebih banyak manusia Indonesia dari semua lapisan masyarakat adalah nilai budaya yang berorientasi ke masa depan. Suatu nilai budaya semacam ini akan lebih seksama dan teliti dan oleh karena itu akan memaksa manusia untuk hidup berhati-hati dan untuk berhemat.
Suatu nilai budaya lain juga perlu adalah nilai budaya yang berhasrat untuk mengeksplorasi lingkungan alam dan kekuatan-kekuatan alam. Suatu nilai semacam itu akan menambah kemungkinan inovasi, terutama dalam teknologi. Usaha mengadaptasi teknologi juga memerlukan suatu mentalitas yang bernilai tinggi dalam hasrat bereksplorasi, juga mutu dan ketelitian. Suatu mentalitas yang bernilai tinggi mutu dan ketelitian  itu sebenarnya memerlukan suatu orientasi nilai budaya yang menilai tinggi dari hasil karya manusia. Sasaran orientasi dari karya seharusnya merupakan hasil dari karya itu sendiri, dan bukan misalnya hasil berupa harta untuk dikonsumsi, atau hasil berupa kedudukan sosial yang menambah gengsi.
Selain itu perlu menilai tinggi mentalitas berusaha atas kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri. Nilai yang terlampau berorientasi vertikal ke arah atasan, ke arah orang yang lebih senior, ke arah orang yang berpangkat lebih tinggi, yang harus dimintai restu dulu, perlu dirubah sedikit. Nilai yang terlampau berorientasi vertikal ke arah atasan akan mematikan jiwa yang ingin berdiri sendiri dan berusaha sendiri, dan akan menyebabkan timbulnya rasa disiplin pribadi yang murni, karena orang hanya akan taat kalau ada pengawasan dari atas, tetapi akan merasa tak terikat lagi kalau pengawasan tadi menjadi kendor. Akhirnya nilai yang terlampau berorientasi ke arah atas akan juga mematikan rasa tanggung jawab ke atas, atau kalau tidak bisa, untuk selalu membagi rata tanggung jawab itu dengan orang lain sehingga rasa tanggung jawab sendiri itu menjadi sekecil mungkin (Koentjaraningrat, 1983 : 34 – 36).
Namun demikian nilai budaya yang berorientasi ke atas atau vertikal, sampai batas-batas tertentu dapat mempunyai makna positif, karena dapat dipergunakan sebagai taktik untuk mengajak rakyat berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam proses kepemimpinan, orientasi vertikal ini dapat menjadi alat yang ampuh bagi seorang pemimpin terutama dalam hal memberi teladan kepada para bawahanya.
Beberapa prinsip dari pusaka nenek moyang kita yang utama dalam BUDAYA KEPEMIMPINAN, yakni “ing ngarso sing tulodo” (seorang pemimpin harus mampu – lewat sikap dan perbuatannya – menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya), “ing madyo mangun karso” (pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarya dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbing), “tut wuri handayani” (pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab).
Norma-norma kepemimpinan yang lain yang mendukung ketiga nilai luhur tersebut dan sesuai dengan nilai BUDAYA adalah : wibawa, jujur, bijaksana, mengayomi, berani, mawas diri, mampu melihat jauh ke depan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, tegas dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil, sederhana penuh pengabdian kepada tugas, berjiwa besar dan mempunyai sifat ingin tahu.
Manusia Indonesia adalah orang-orang yang secara primer berorientasi pada nilai-nilai yang pragmatik, terarah pada keberhasilan. Nilai-nilai ini secara dominan bersifat operatif, yakni mempengaruhi perilakunya. Nilai-nilai budaya yang masih ada ialah menghargai orang tua, ketaatan kepada agama/Tuhan, rendah hati dan kejujuran (A. A. Dananjaya , 1986 : 163).
Sistem nilai budaya yang diyakini dan dianut oleh sebagian besar warga masyarakatnya, sangat mempengaruhi pola dan perilaku kepemimpinan dari para administrator atau pemimpin. Begitu juga halnya dengan orang yang dipimpin, nilai budaya masyarakanya senantiasa mewarnai pola perilakunya dalam interaksi dengan atasannya.

Selasa, 21 Agustus 2012

LIMA DASAR PEMBINAAN UMAT UNGGULAN



Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110, Allah SWT menyatakan tingginya kedudukan ummat Islam di tengah masyarakat lainnya, yaitu sebagai ummat terbaik, ummat unggulan atau Khairu ummah. Firman-Nya
 :كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ ,
 artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. 3 Ali Imran : 110).

Allah SWT mengungkapkan pada ayat sebelumnya, artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung“ (QS. 3 Ali Imran : 104). 
Sabda Rasulullah SAW yang artinya : “Siapapun di antara kamu melihat kemunkaran maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangan (kekuasaan-Nya), kalau dia tidak mampu (tidak memiliki kekuasaan) maka dengan lidah / ucapannya, kalau (yang inipun) dia tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman” (Al-Hadits)

Dengan demikian berkeimanan, beramar ma’ruf, dan bernahi munkar merupakan syarat untuk mewujudkan suatu masyarakat unggulan / ummat terbaik; yaitu suatu masyarakat yang di dalamnya berlangsung tata kehidupan yang manusiawi, tata kehidupan yang sendi-sendinya didasarkan atas persaudaraan, kesetiakawanan, saling percaya, kejujuran dan keadilan.

Dengan demikian, setiap warga akan terpenuhi kebutuhan lahiriahnya dan batiniahnya, duniawinya dan ukrawinya, yang oleh Imam Ghazali disebut masyarakat “Maslahah” yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim dalam do’a:
 رَبَّنَآأَتِنَاِفىالدُّنْيَاحَسَنَةً وَِّفىاْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَاعَذَابَاالنَّارِ ,
 artinya : “Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami di dunia ini kebaikan dan di akhirat (nanti) kebaikan (pula) dan hindarkanlah kami dari siksa neraka” (QS.2 Al Baqarah : 201). Dan firman Allah
,بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُوْرُ ,
artinya : “Negeri yang thayyib (sentosa) dan Tuhan yang senantiasa memberikan ampunan” (QS. 34 Saba : 15).

Untuk mewujudkan masyarakat unggulan yang semestinya mampu dilakukan oleh ummat Islam seperti dinyatakan Allah di atas, maka setiap muslim dalam kedudukan dan dalam profesi apapun, terutama sebagai pemimpin; baik pemimpin rumah tangga, masyarakat dan bangsa harus menghiasi dirinya dengan nilai-nilai dasar terpuji yaitu nilai terpuji yang menghiasi pribadi Rasulullah SAW panutan kita. 

Ada lima nilai dasar terpuji yang dirumuskan oleh para ulama antara lain sebagai berikut :

1. اَلصِّدْقُ (Kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan).Bentuk pengamatan shidiq ini adalah jujur dalam pikiran, kata-kata, dan perbuatan. Orang yang shadiq ataupun yang menjadikan sifat shidiq sebagai ciri khasnya sehingga dapat disebut sebagai shidiq, ia akan mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah bersama para Nabi dan syuhada. Mereka inilah yang selalu mengata­kan yang sebenarnya diketahui, tidak menutupi kesalahan, baik yang dilakukan dirinya, maupun oleh kawannya, serta menjaga satunya kata dengan perbuatan, menjauhi kebohongan, termasuk jujur dalam berdiskusi dan bermusyawarah.

2. الأَمَانَةُ (Selalu menepati janji dan bertanggung jawab dalam melaksanakan hal-hal yang dipercayakan kepadanya)Orang-orang pengemban amanah ini senantiasa memegang teguh amanat. Amanat kepada Tuhan dengan menyadari tugas kekhalifahannya di bumi sehingga ia selalu menjadi al-mushlih (yang memperbaiki), bukan sebagai al-mufsid (yang merusak). Amanat kepada keluarga dengan membimbing dan mendidik mereka kepada tuntunan ilahi, serta tidak memberikan nafkah kecuali yang halal lagi baik; Amanat kepada sesama anggota masyarakat dengan selalu mengajak dan berwashiyat (tawâshau) kepada kebaikan (al-khair) atau al-ma’ruf serta kepada kesabaran dan amanat kepada diri sendiri dengan menghindarkan segala yang haram baik dalam profesi maupun konsumsinya. Rasulullah bersabda لاَدِيْنَ لِمَنْ لاَاَمَانَةَ لَهُ , artinya : “Tidaklah ada agama bagi orang yang tidak amanah” (HR. Addailami).

3. اَلْعَدَالَةُ (Bersikap dan berlaku adil)Ini mengandung pengertian berpihak dan berpegang kepada yang benar, tidak sewenang-wenang, bertindak sepatutnya dan tidak berat sebelah. Bentuk pengamalannya selalu bersedia untuk saling tawashau, saling mengingatkan antara sesamanya, saling menyuarakan kebenaran dan sikap kesabaran, serta saling menghargai pendapat yang lain, tidak memaksakan kehendaknya sendiri tanpa mau memahami kepentingan dan kehendak pihak lain. Kebenciannya terhadap seseorang atau satu kelompok tidak menjadikannya menahan hak-hak mereka, baik berupa harta ataupun penghargaan prestasi.

Sebaliknya, kasih dan sayangnya tidak membutakan matanya untuk bersikap tegas dalam memberi hukuman. Karena sesungguhnya sifat adil inilah yang selalu mendekatkan orang kepada ketakwaan. Allah berfirman :
اِعْدِلُوْاهُوَاَقْرَبُ ِللتَّقْوى  “
Adillah karena ia lebih dekat kepada takwa” (QS.5 Al Maaidah : 

4. اَْلأُخُوَّةُ والتَّعَاوُن Menjaga persaudaraan dan persatuan serta saling membantu sesamanya.Untuk itu, setiap muslim harus menyadari bahwa dia bersaudara dengan orang lain, baik sesama muslim (ukhuwwah islâmiyah), sesama bangsanya (ukhuwwah wathoniyah), maupun sesama manusia (ukhuwwah basyariyah). Ketiga macam ukhuwah tersebut tidak perlu ditentangkan, tetapi harus diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini akan menciptakan rasa kebersamaan, bukan memperuncing perbedaan.

5. الإٍسْتِقَامَةُ  (Berlaku konsisten, ajeg dan senantiasa berada dan mengikuti jalan kebenaran menurut Allah) Imam Ghazali menyatakan, artinya : “Tidak baiknya suatu kebajikan yang tidak konsisten, bahkan keburukan yang sesekali dilakukan lebih baik daripada kebajikan yang tidak konsisten / ajeg”.Islam selalu menganjurkan umatnya untuk memiliki sifat istiqomah dalam kebajikan. Bagi mereka yang selalu istiqomah dijamin akan terhindar dari kerisauan, kekhawatiran dan ketakutan (di hari kiamat), baik dalam kehidupan di dunia ini maupun pada hari kiamat nanti, bahkan mendapat berita gembira dengan janji dan jaminan masuk surga.

demikianlah,sekedar kutipan.... mudah-mudahan bermanfaat..Aamiin

Senin, 20 Agustus 2012

TATA RUANG KANTOR


A.    PENGERTIAN DAN TUJUAN TATA RUANG KANTOR
Pengaturan tempat kerja dan peralatan kantor sehingga dapat memperlancar pekerjaan itulah yang dinamakan tata ruang.

Menurut Drs.The Liang Gie mengatakan “Tata Ruang adalah penyusunan alat-alat pada letak yang tepat serta pengaturan kerja yang memberikan kepuasan bekerja bagi para karyawannya”.

Menurut Litlefield & Petterson mengatakan “ Office lay out may be defined as the arrangement of furniture and equipment within available flour space” (tata ruang kantor dapat dirumuskan sebagai penyusunan perabot dan alat perlengkapan pada luas yang tersedia).

Adapun tujuan dari penataan ruang kantor adalah sebagai berikut:
1          1.    Memberikan kemudahan yang optimum bagi arus komunikasi dan arus kerja.
2          2.      Memberikan kondisi kerja yang baik bagi setiap orang.
3          3.      Memudahkan pengawasan sehingga manajer dapat melihat staf yang sedang bekerja.
4          4.      Memberikan kemudahan yang tinggi kepada setiap gerakan karyawan dari meja ke meja.
5          5.      Menghindarkan diri dari kemungkinan saling menganggu antara karyawan dengan karyawan lainnya.
6          6.      Mempergunakan segenap ruangan dengan baik.
7          7.      Memisahkan pekerjaan yang berbunyi keras, gaduh dan menganggu dari pekerjaan yang sunyi.
8          8.      Terciptanya kesan yang baik tentang organisasi tersebut dari relasi dan tamu yang datang.
9          9.      Pelaksanaan pekerjaan dapat menempuh jarak yan terpendek.

Drs. The Liang Gie mengatakan bahwa tata ruangan yang baik mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
1          1.      Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai 
2          2.      Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan.
3          3.      Mencegah para pegawai bagian lain terganggu oleh public yang akan menemui satu bagian lain.
4          4.      Memungkinkan pemakaian ruangan secara efisien.
5          5.      Pengawasan mudah dilaksanakan.
6          6.      Terciptanya suasana kerja yang menyenangkan.

Drs. Moekijat mengatakan tata ruang yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1          1.      Merecanakan suatu kantor dengan baik akan memberikan efisiensi melakukan pekerjaan.
2          2.      Penghematan penggunaan ruang lantai yang tepat.
3          3.      Pengawasan dapat dipermudah.
4          4.      Hubungan dapat dipercaya.
5          5.      Perlengkapan dan mesin kantor berguna lebih baik.
6          6.      Jalannya pekerjaan lebih lancar.
7          7.      Menambah kesenangan dan semangat bekerja bagi karyawan.

B.    ASAS-ASAS POKOK DAN PRINSIP TATA RUANG KANTOR
1           1.      Asas-Asas Pokok Tata Ruang Kantor
a.      Asas jarak terpendek
b.      Asas rangkaian kerja
c.       Asas penggunaan segenap ruang
d.      Asas perubahan susunan tempat kerja
2          2.      Prinsip-Prinsip Tata Ruang Kantor
a.      Pekerjaan harus mengalir terus menerus sedapat mungkin dalam garis lurus.
b.      Bagian-bagian dan seksi-seksi yang berfungsi sama dan yang berhubungan harus ditempatkan secara berdekatan untuk mengurangi waktu bepergian.
c.       Aliran pekerjaan harus sederhana, sehingga dapat mengurangi hilir mudik pegawai dan penyampaian surat-surat dalam jarak yang pendek.
d.      Meletakkan perlengkapan kantor harus dekat dengan pegawai yang menggunakannya.
e.      Pergunakan meja dan kursi dengan ukuran yang sama dalam sebuah ruangan.
f.        Menyusun meja harus sedemikian rupa sehingga tidak ada pegawai yang terpaksa menghadap pada sumber cahaya.
g.      Kesatuan yang banyak berhubungan dengan masyarakat harus ditempatkan dibagian depan.
h.      Satuan yang pekerjaan bersifat gaduh, sebaiknya ditempatkan dekat jendela dan hendaknya dijauhkan dari satuan lainnya.
i.        Hendaknya tempat arsip-arsip kantor berada pada dinding atau susun tangga yang mudah terjangkau oleh petugas.

C.     BENTUK-BENTUK TATA RUANG KANTOR
1     I.      Tata Ruang Tertutup
Suatu tata ruang dikatakan terpisah-pisah atau tertutup apabila susunan ruang untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa bagian.

Keuntungannya:
1).    Moral pekerja atau staf tetap terjaga.
2).    Pekerjaan yang sifatnya rahasia tetap terjaga.
3).    Menghindari gangguan dari pekerja satu ke yang lainnya.
4).    Pimpinan akan lebih tenang dalam mengerjakan tugasnya karena tidak terganggu oleh kegiatan para karyawan.

Kelemahannya:
1).    Pengawasan lebih sulit dilakukan karena terhalang oleh penyekat.
2).    Cahaya sulit masuk dan udara sulit beredar sehingga suasana lebih pengap dan gerah.
3).    Apabila diperlukan tukar tempat antara bagian yang satu dengan bagian yang lain sulit dilakukan dan sulit merubah ruangan.
4).    Apabila terjadi penambahan pegawai atau alat-alat kantorataupun perubahan mengenai proses penyelesaian suatu pekerjaan agak sulit menampungnya.

2    II.      Tata Ruang Terbuka
Dalam susunan ini ruang yang dipergunakan untuk ruang bekerja tidak dipisah-pisahkan atau tidak menggunakan penyekat, tetapi semua aktivitasnya dilaksanakan pada satu ruang besar terbuka sehingga semua yang bekerja tampak mudah diamati dari satu sudut pandang.

Keuntungannya:
1).    Pengawasan lebih mudah dan efektif terhadap segenap pegawai.
2).    Hubungan antar pegawai cepat dan mudah.
3).    Memperlancar arus pekerjaan dari meja satu ke meja yang lain tanpa orangnya harus mondar-mandir meninggalkan tempat kerja.
4).    Cahaya mudah masuk dan udara mudah beredar.
5).    Mudah merubah ruangan.
6).    Perubahan organisasi menyebabkan perubahan tata ruang dapat dilayani dengan cepat dan luwes.
7).    Apabila terjadi penambahan pegawai atau alat-alat kantoragak sulit menampungnya, karena ruangan terbatas.

Kelemahannya:
1).    Dapat merendahkan moral atau staf. Karena cara hidup yang diawasi terus menerus.
2).    Akan mengurangi keamanan bagi pekerjaan rahasia.
3).    Pekerja akan kehilangan kepribadian.
4).    Apabila ada pekerja yang ngbrol dan bermalas-malas antar teman sekerja dapat menggangu yang lain.
5).    Peralatan kantor yang dapat menimbulkan suara gaduh akan menggangu pekerjaan lainnya yang membutuhkan ketenangan.
6).    Pimpinan lebih terganggu ketenangan kerjanya, jika dibandingkan dengan ruang tertutup.

Setelah mengetahui asas, prinsip dan bentuk tata ruang kantor, kegiatan selanjutnya adalah:
1).    Buatlah denah kantor yang bersangkutan.
2).    Pelajari jenis pekerjaan yang terdapat dalam kantor.
3).    Susunlah letak meja dan peralatan kantor yang diperlukan dengan berpedoman pada asas dan prinsip penataan ruangan.
4).    Susunlah peralatan kantor pada lantai yang sebenarnya.

D.    LINGKUNGAN FISIK KANTOR
Salah satu yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung atau fisik kantor adalah lokasi. Disamping itu faktor penting yang harus mendapat perhatian adalah faktor lingkungan, apabila kehadiran suatu kantor tidak dikehendaki oleh lingkungan masyarakat maka kantor tersebut tidak dapat bertahan lama dan akhirnya akan mati. Karena itu pula faktor lain yang harus diperhatikan, diantaranya:

1                  -  Pengembangan kantor dimasa yang akan datang.
-                  -  Gambaran perkembangan wilayah dimasa datang.
-                  -  Sumber tenaga kerja dan kebutuhan kantor.
-                  -  Udara yang bersih dan segar.
-                  -   Ongkos pemeliharaan yang rendah.
-                  -  Fasilitas-fasilitas angkutan yang lebih mudah.

E.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TATA RUANG
1    1. Perencanaan Cahaya
Penerangan cahaya yang baik akan diperoleh beberapa keuntungan, diantaranya:
a.      Hasil pekerjaan atau produktivitas bertambah.
b.      Kualitas pekerjaan lebih baik.
c.       Kesalahan-kesalahan berkurang.
d.      Semangat kerja pegawai lebih baik.
e.      Mengurangi ketegangan dan kelelahan.
f.        Prestise lebih baik untuk perusahaan.

2    2. Perencanaan Warna
Dengan menggunakan warna yang tepat dan baik akan diperoleh keuntungan diantaranya:
a.      Kantor menjadi tampak menyenangkan dan menarik pandangan
b.      Mempunyai akibat yang tidak langsung terhadap efisiensi dan produktivitas pegawai.
c.       Mencegah kesilauan akibat cahaya yang berlebihan.
d.      Memelihara kegembiraan, ketenangan dan semangat bekerja pegawai.
e.      Mengurangi rasa tertekan sehingga pegawai merasa lega dan bebas.

Para ahli membedakan tiga warna pokok, yaitu:
a.      Warna merah adalah warna yang menggambarkan panas dan kegembiraan dalam kegiatan kerja. Warna merah dapat digunakan bagi alat untuk merangsang panca indra dan jiwa agar semangat dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
b.      Warna kuning adalah warna yang menggambarkan kehangatan matahari dan berfungsi untuk merangsang mata dan syaraf, sehingga dapat menimbulkan perasaan riang gembira dengan melenyapkan perasaan tertekan.
c.       Warna biru sebagai warna dari langit dan samudera yang menggambarkan ketentraman dan keluwesan. Warna ini mempunyai pengaruh mengurangi ketegangan otot-otot tubuh dan tekanan darah.

Menurut Nadine Todd mengatakan bahwa warna memberikan pengaruh terhadap tamu yang datang, diantaranya:
a.      Kepercayaan terhadap kantor
b.      Efisiensi atau produktifitas
c.       Moral
  
3    3.Perencanaan Udara
Dengan pengaturan udara yang tepat dan baik maka diperoleh keuntungan-keuntungan, diantaranya:
a.      Kenyamanan bekerja pegawai terjamin
b.      Produktivitas kerja yang lebih tinggi
c.       Kualitas pekerjaan yang lebih baik
d.      Semangat kerja yang lebih tinggi
e.      Kesehatan pegawai terpelihara dengan baik
f.        Kesan yang lebih baik dari para tamu

4    4.Perencanaan Suara
Dengan suara gaduh berakibat pada:
a.      Gangguan mental dan saraf bagi pegawai
b.      Kesulitan mengadakan konsentrasi
c.       Kesalahan yang lebih banyak
d.      Kelelahan yang bertambah
e.      Semangat kerja pegawai berkurang

Untuk mengatasi faktor suara yang sering mengurangi efisiensi kerja para pegawai, hendaknya diperhatikan hal berikut:
a.      Langit-langit atau dinding ruang dipakai lapisan-lapisan penyadap suara
b.      Mesin-mesin tik dibawahnya diberi alas karet busa tipis
c.       Pesawat telepon dibuatkan bilik kecil yang tertutup rapat
d.      Lantai-lantai ruang sebaiknya diberi alas karet atau semacam tegel dari bahan yang tidak banyak meneruskan suara.

F.     MERANCANG TATA RUANG KANTOR BERBAGAI MACAM BENTUK
Dalam merancang tata ruang suatu kantor, banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya:
a                    -  Jenis atau bidang pekerjaan yang tercakup dalam ruang tersebut.
b                   -  Penempatan bidang pekerjaan sesuai dengan urut-urutan kegiatanya.
c                   -   Banyaknya personal/pegawai yang terlibat dalam jenisnya atau bidang pekerjaan tersebut.
d                  -  Tata letak atau penempatan personal/pegawai yang menangani jenis/bidang pekerjaan tersebut.
e                  -  Penerangan atau pencahayaan yang baik.
f.                  -  Adanya ventilasi (pertukaran udara) yang memadai.
g                  -   Lain-lain hal yang penting dianggap penting, misalnya masalah keindahan dan kenyamanan ruangan.

WAHAI PUTRIKU


Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
          Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarlan nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, dimana engkau belum pernah mendengarnya dari orang lain.
          Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, dan kami tidak mengahasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.
          Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu, putriku! Kuncinya berada di tanganmu.
          Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si pencuri itu : silakan masuk … ketika ia telah mencuri, engkau berteriak : maling …! Tolong … tolong… saya kemalingan.
          Demi Allah … dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.
          Demi Allah … begitulah, jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.
          Demi Allah … ia telah bohong! Senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa yang terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!
          Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engakulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.
          Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang  usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.
          Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita, bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.
                   Sesungguhnya krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga sadar? Mengapa kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki  untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.
          Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada Allah, bila mereka tidak mau bertaqwa, peringatkanlah mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan simpati?
          Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu?    Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di atas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan sementara?
          Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut di dikasihani. Bila kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang salah.
          Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis mengembalikan wanita kini menjadi kepribadian muslimah yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.
          Perbaikan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat, malainkan dengan kembali ke jalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju kejelekan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal, orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup  wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di jalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria di sekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita, pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa mereka.
          Mereka yang menggembor-gemborkan emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab :
          Pertama : karena itu semua mereka lakukan untuk kepuasan pada diri mereka, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat angota badan yang terbuka dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, kemajuan, modernisasi, kehidupan kampus, dan ungkapan-ungkapan yang lain yang kosong tanpa makna bagaikan gendang.
          Kedua : mereka bohong oleh karena mereka bermakmum pada Eropa, menjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana, dari Paris, London, Berlin dan New york. Sekalipun berupa dansa, porno, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan dan telanjang di pantai (atau di kolam renang). Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yang datangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, walapun berupa kehormatan, kemuliaan,, kesucian dan petunjuk. Kata mereka, pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan libido seksual, untuk menjawab ini saya limpahkan pada mereka yang telah mencoba pergaulan bebas di sekolah-sekolah, seperti Rusia yang tidak beragama, tidak pernah mendengar para ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?
          Saya tidak berbicara dengan para pemuda, saya tidak ingin mereka mendengar, saya tahu, mungkin mereka menyanggah dan mencemoohkan saya karena saya telah menghalangi mereka untuk memperoleh kenikmatan dan kelezatan, akan tetapi saya berbicara kepada kalian, putri-putriku, wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara ketahuilah bahwa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain kecuali engkau.
          Oleh karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis, jangan dengarkan ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan yang alasannya, hak asasi, modernisme, emansipasi dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang yang terkutuk ini tidak beristri dan tidak memiliki anak, mereka sama sekali tidak peduli dengan kalian selain  untuk pemuas kelezatan sementara. Bila saya membela kalian, berarti saya membela putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian bahagia seperti yang saya inginkan untuk putri-putriku.
          Sesungguhnya tidak ada yang mereka inginkan salain memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan bisa kembali, begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat diketemukan kembali.
          Bila anak putri jatuh, tak seorangpun di antara mereka mau menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan kecantikan si gadis, apabila telah berubah dan hilang, mereka pun lalu pergi menelantarkan, persisnya seperti anjing meninggalkan bangkai yang tidak tersisa daging sedikitpun.
          Inilah nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini jangan percaya. Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu perbaikan. Bila mau perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.
(wallahul musta’an).

Disarikan dari buku :“Wahai Putriku”Ali Thanthawi    
Penerjemah: Abdulloh